Thursday, February 6, 2014

Keelokan Tasikmalaya Day 1 "Kampung Naga"

Namanya juga travel addict , jadi ngga bisa banget liat ada tanggal merah. Hawanya mau ngebolang aja hihihihi.  Libur Imlek tanggal  31 Januari 2013 jatuh di hari jumat.....surga bener dah bisa trip 3 hari full wkwkwk. Tapi kemana dan sama siapa aja yahh......hard thinking :) (arti: berfikir keras, wakakaka). Well, alhasil posting keinginan trip imlek ke my travelmate and my 2nd family yaitu Kijang 3, tapi sayang sebagian kijang ngga bisa ikutan karena ada yang ikut ngerayaiin imlek (si Koko Benny dan Koko Bobo) dan ada juga yang ada acara lain (Opick, Popy dan Oni). So yang bisa hanya saya, Mevy dan Imam.

Kemana nih guys???...Kami semua sepakat kayanya ngebolang ke Bromo dan Kawah Ijen lucu nihh, bisa lihat matahari terbit dari penanjakan, off road di lautan pasir berbisik dan bisa lihat yang namanya api abadi di Ijen (penasaran bgt sama yg namanya api abadi kaya apa bentuknya, maklum belum pernah sama sekali ke ijen, kalo ke bromo mah Alhamdulillah sudah 4x). Namanya juga musim libur dan kebetulan rencana liburan imlek ini juga dadakan, alhasil penginapan di bromo sudah full booked, tiket kereta sudah habis dan harga tiket pesawat melambung tinggi, yang biasa tiket Jakarta – Surabaya PP hanya Rp. 800 ribu menjadi Rp. 1,6 Juta (low cost flight yahh!!!).

Ngga habis akal, setelah browsing mencari inspirasi dan konspirasi hati hahahah korban Vicky wave bingitt. Tujuan trip kali ini jatuh ke Tasikmalaya, salah satu kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sang Mutiara dari Priangan Timur adalah sebutan lain bagi kota ini. Ada apa aja si di Tasik emangnya. Setelah bertanya dengan Om Google ada beberapa refrensi tempat wisata di sana, tapi target kami hanya Kampung Naga dan Galunggung sisanya berkuliner ria. Okkk cuss ngeng...... :)

Menengok Kehidupan Kampung Naga

Kampung naga (kalo di translate ke bahasa inggris jadi Dragon Village,.... hahaha) merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari. Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut. Kampung ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

Lokasi kampung naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke kampung naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari kota Garut jaraknya 26 kilometer. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah barat kampung naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat kampung naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut.

Welcome to Kampung Naga
FYI: Jangan coba-coba cari kampung naga lewat Google Map, dijamin ngga bakalan ketemu.  saran saya lebih baik cari di google map dengan key word "Salawu" nanti baru muncul tuh directory nya. Menurut saya kalo mau ke kampung naga lebih baik lewat jalur Garut, selain lebih dekat, coz juga ada banyak tempat makan khas sundaan yang enak-enak dan pemandangannya bagus. . Butuh perjuangan banget memang ke kampung naga selain tidak terdeteksi oleh google map, petunjuk jalan untuk menuju kampung naga itu juga ngga ada sama sekali. Setelah berkendara 5-6 jam (termasuk sholat jumat, kuliner dan nyasar) dan bermodal tanya-tanya sama warga lokal, alhasil kami sampai di kampung naga..horayyy.
View Kampung Naga dari Tangga
Begini doank nihh yang namanya kampung naga, ko beda yah kaya foto yang ada di internet ??? (menggerutu dalam hati). Sempet bingung di mana kampung naga yang seperti di dunia maya itu, karena yang ada hanya tempat parkir dan deretan toko souvenir, ngga ada loket dan kondisi kampungnya pun sepi. Info hasil browsing dari internet, sebelum masuk ke kampung naga, kita harus lapor dulu di loket di pintu masuk, tapi kenyatannya ngga ada loket. Mungkin ini namanya rejeki jadi kami ngga perlu lapor dan bayar tiket masuk..wkwkwkw (apa emang ngga perlu tiket untuk masuk kampung naga...saya pun blum tau).
Saya dan Kang Asep
Alhasil, berkat petunjuk dari akang penunggu toko souvenir kami pun masuk ke salah satu gang yg katanya jalan menuju kampung naga. Disanalah kami bertemu dengan sala satu pemandu yang ngakunya putra asli kampung naga, sebut saja namanya Asep. Just FYI : kalo mau main ke kampung naga harus ditemani oleh pemandu.
+ 420 Anak Tangga (Saya, Imam dan Mba Mevy)


Tampak dari bawah
Lokasi kampung naga yang berada di lembah mengharuskan kita menuruni kurang lebih 420 anak tangga (Sunda : sengked), lumayan lahh itung-itung olah raga betis. Inget yahh ini turunan jadi ngga terlalu sulid, trus bagaimana nanti pas pulang... :(. Setelah turun dan menyusuri jalan yang sisi sebelah kiri adalah area persawahan dan sisi sebelah kanan adalah sungai akhirnya kita tiba di kampung naga. Kesan pertama, wahhh indah bener dan bener bener indah. Tradisionalnya masih terjaga meski tidak se tradisional suku badui di Banten.

View Kampung Naga dari Persawahan
Warga kampung naga sudah menggunakan tv meski masih hitam putih, sudah pakai hp, sudah menggunakan sabun dan deterjen. Sedangkan suku badui kan benar-benar masih natural, semuanya menggunakan dari alam. Pasti kalian bingung, emang udah ada listrik di sana? Di kampung naga belum ada listrik jadi untuk menghidupkan tv mereka menggunakan aki, sedangkan untuk charging hp mereka menumpang kepada warga kampung yang berada di atas di dekat pintu masuk kampung naga. Kayanya kalo buka pom pengisian batre hp di kampung naga bakalan laku nihh, hihihi.

Berkeliling kampung naga sembari ditemani Kang Asep, kami mendapat banyak informasi mulai dari asal usul kampung naga, budaya sampai kegiatan sehari-hari warga.  Dia bercerita bahwa Penduduk kampung naga semuanya beragama Islam, itu sebabnya kenapa ada masjid yang letaknya di tengah perkampungan dan ukurannya cukup besar. Masjid bagi warga kampung naga merupakan bangunan suci yang perlu dijaga.
Satu-satunya Masjid di Kampung Naga
Walaupun mereka menyatakan memeluk agama Islam, mereka tetap menjaga warisan budaya leluhurnya. Menurut kepercayaan masyarakat kampung naga, dengan menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun kampung naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat kampung naga berarti melanggar adat, tidak menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka..seremm.
Bentuk Rumah di Kampung Naga
Dapur Tradisional tp udah punya Butterfly

Dari urusan agama, topik pembicaraan beralih ke bentuk rumah dan aturannya. Keseluruhan bentuk rumah di kampung naga itu seragam dan sama, yaitu bentuk rumah harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu, atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu dan rumah harus menghadap ke utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah barat-timur. Ada satu bangunan  yang dianggap suci dan keramat oleh warga kampung naga yaitu Bumi Ageung. Bangunan ini hanya boleh dilihat tapi ngga boleh di foto.
Aki sedang membuat kerajinan
Banyak juga ini Kang Asep ceritanya....lanjut Kang. Sekarang pindah ke topik mata pencaharian. Sebagian besar warga kampung naga berkerja sebagai petani dan pengrajin. Ngga heran kalo teman-teman main ke sana bakalan lihat aki-aki (sebutan orang tua ala sunda) yang sedang memahat kerajinan. Ohh iya yang mau beli oleh-oleh khas kerajinan kampung naga juga bisa beli di toko souvenir milik warga.

Toko Souvenir milik warga Kampung Naga
Setelah puas berkeliling dan hari semakin gelap, akhirnya kami putuskan untuk menyudahi wisata budaya ke kampung naga ini. Kesimpulannya “Kampung Naga "Mengagumkan”. Waktunya melanjutkan perjalanan.....next destination (ala-ala busway) Kota Tasik. Cusss ngenggg. ******

No comments:

Post a Comment