Namanya
juga travel addict , jadi ngga bisa
banget liat ada tanggal merah. Hawanya mau ngebolang aja hihihihi. Libur Imlek tanggal 31 Januari 2013 jatuh di hari
jumat.....surga bener dah bisa trip 3 hari full wkwkwk. Tapi kemana dan sama siapa aja
yahh......hard thinking :) (arti: berfikir keras, wakakaka). Well, alhasil
posting keinginan trip imlek ke my travelmate
and my 2nd family yaitu
Kijang 3, tapi sayang sebagian kijang ngga bisa ikutan karena ada yang ikut
ngerayaiin imlek (si Koko Benny dan Koko Bobo) dan ada juga yang ada acara lain
(Opick, Popy dan Oni). So yang bisa hanya saya, Mevy dan Imam.
Kemana
nih guys???...Kami semua sepakat kayanya ngebolang
ke Bromo dan Kawah Ijen lucu nihh, bisa lihat matahari terbit dari penanjakan, off road di lautan pasir berbisik dan
bisa lihat yang namanya api abadi di Ijen (penasaran bgt sama yg namanya api abadi kaya apa bentuknya, maklum belum pernah sama sekali ke ijen, kalo ke bromo mah Alhamdulillah sudah 4x). Namanya juga musim libur dan
kebetulan rencana liburan imlek ini juga dadakan, alhasil penginapan di bromo
sudah full booked, tiket kereta sudah
habis dan harga tiket pesawat melambung tinggi, yang biasa tiket Jakarta –
Surabaya PP hanya Rp. 800 ribu menjadi Rp. 1,6 Juta (low cost flight yahh!!!).
Ngga
habis akal, setelah browsing mencari
inspirasi dan konspirasi hati hahahah korban Vicky wave bingitt. Tujuan trip kali ini jatuh ke Tasikmalaya, salah satu kota di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia.
Sang Mutiara dari Priangan Timur adalah sebutan lain bagi kota ini. Ada apa aja
si di Tasik emangnya. Setelah bertanya dengan Om Google ada beberapa
refrensi tempat wisata di sana, tapi target kami hanya Kampung Naga dan
Galunggung sisanya berkuliner ria. Okkk cuss ngeng...... :)
Menengok Kehidupan Kampung Naga
Kampung
naga (kalo di translate ke bahasa
inggris jadi Dragon Village,.... hahaha) merupakan sebuah kampung adat yang
masih lestari. Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka.
Mereka menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak
kelestarian kampung tersebut. Kampung ini secara administratif berada di
wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya,
Provinsi Jawa
Barat.
Lokasi
kampung naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya.
Jarak
tempuh dari kota Tasikmalaya ke kampung naga kurang lebih 30 kilometer,
sedangkan dari kota Garut jaraknya 26 kilometer. Kampung ini
berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah barat kampung
naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam
leluhur masyarakat kampung naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah
penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber
airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut.
Welcome to Kampung Naga |
FYI:
Jangan coba-coba cari kampung naga lewat Google Map, dijamin ngga bakalan
ketemu. saran saya
lebih baik cari di google map dengan
key word "Salawu" nanti baru muncul tuh directory nya. Menurut saya kalo mau ke kampung
naga lebih baik lewat jalur Garut, selain lebih dekat, coz juga ada banyak
tempat makan khas sundaan yang enak-enak dan pemandangannya bagus. . Butuh
perjuangan banget memang ke kampung naga selain tidak terdeteksi oleh google
map, petunjuk jalan untuk menuju kampung naga itu juga ngga ada sama sekali. Setelah
berkendara 5-6 jam (termasuk sholat jumat, kuliner dan nyasar) dan bermodal
tanya-tanya sama warga lokal, alhasil kami sampai di kampung naga..horayyy.
View Kampung Naga dari Tangga |
Begini doank nihh yang namanya kampung
naga, ko beda yah kaya foto yang ada di internet ??? (menggerutu dalam hati).
Sempet bingung di mana kampung naga yang seperti di dunia maya itu, karena yang
ada hanya tempat parkir dan deretan toko souvenir, ngga ada loket dan kondisi
kampungnya pun sepi. Info hasil browsing
dari internet, sebelum masuk ke kampung naga, kita harus lapor dulu di loket di
pintu masuk, tapi kenyatannya ngga ada loket. Mungkin ini namanya rejeki jadi
kami ngga perlu lapor dan bayar tiket masuk..wkwkwkw (apa emang ngga perlu
tiket untuk masuk kampung naga...saya pun blum tau).
Saya dan Kang Asep |
Alhasil, berkat petunjuk dari akang penunggu
toko souvenir kami pun masuk ke salah satu gang yg katanya jalan menuju kampung
naga. Disanalah kami bertemu dengan sala satu pemandu yang ngakunya putra asli kampung naga, sebut saja namanya Asep. Just FYI : kalo mau main ke kampung naga
harus ditemani oleh pemandu.
+ 420 Anak Tangga (Saya, Imam dan Mba Mevy) |
Lokasi kampung naga yang berada di
lembah mengharuskan kita menuruni kurang lebih 420 anak tangga (Sunda :
sengked), lumayan lahh
itung-itung olah raga betis. Inget yahh ini turunan jadi ngga terlalu
sulid, trus bagaimana nanti pas pulang... :(. Setelah turun dan menyusuri jalan
yang sisi sebelah kiri adalah area persawahan dan sisi sebelah kanan adalah
sungai akhirnya kita tiba di kampung naga. Kesan pertama, wahhh indah bener dan
bener bener indah. Tradisionalnya masih terjaga meski tidak se tradisional suku
badui di Banten.
View Kampung Naga dari Persawahan |
Warga kampung naga sudah menggunakan
tv meski masih hitam putih, sudah pakai hp, sudah menggunakan sabun dan
deterjen. Sedangkan suku badui kan benar-benar masih natural, semuanya menggunakan
dari alam. Pasti kalian bingung, emang udah ada listrik di sana? Di kampung
naga belum ada listrik jadi untuk menghidupkan tv mereka menggunakan aki,
sedangkan untuk charging hp mereka menumpang kepada warga kampung yang berada
di atas di dekat pintu masuk kampung naga. Kayanya kalo buka pom pengisian
batre hp di kampung naga bakalan laku nihh, hihihi.
Berkeliling kampung naga sembari
ditemani Kang Asep, kami mendapat banyak informasi mulai dari asal usul kampung
naga, budaya sampai kegiatan sehari-hari warga. Dia bercerita bahwa Penduduk kampung naga
semuanya beragama Islam, itu sebabnya kenapa ada masjid yang letaknya di
tengah perkampungan dan ukurannya cukup besar. Masjid bagi warga kampung
naga merupakan bangunan suci yang perlu dijaga.
Satu-satunya Masjid di Kampung Naga |
Walaupun mereka menyatakan memeluk
agama Islam, mereka tetap menjaga warisan budaya leluhurnya. Menurut
kepercayaan masyarakat kampung naga, dengan menjalankan adat-istiadat warisan
nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala sesuatu yang
datangnya bukan dari ajaran karuhun kampung naga, dan sesuatu yang tidak
dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut
dilakukan oleh masyarakat kampung naga berarti melanggar adat, tidak
menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka..seremm.
Bentuk Rumah di Kampung Naga |
Dapur Tradisional tp udah punya Butterfly |
Dari urusan agama, topik pembicaraan beralih ke bentuk rumah dan aturannya. Keseluruhan bentuk rumah di kampung naga itu seragam dan sama, yaitu bentuk rumah harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu, atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu dan rumah harus menghadap ke utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah barat-timur. Ada satu bangunan yang dianggap suci dan keramat oleh warga kampung naga yaitu Bumi Ageung. Bangunan ini hanya boleh dilihat tapi ngga boleh di foto.
Aki sedang membuat kerajinan |
Banyak juga ini Kang Asep
ceritanya....lanjut Kang. Sekarang pindah ke topik mata pencaharian. Sebagian besar
warga kampung naga berkerja sebagai petani dan pengrajin. Ngga heran kalo
teman-teman main ke sana bakalan lihat aki-aki (sebutan orang tua ala sunda)
yang sedang memahat kerajinan. Ohh iya yang mau beli oleh-oleh khas kerajinan kampung
naga juga bisa beli di toko souvenir milik warga.
Toko Souvenir milik warga Kampung Naga |
Setelah puas berkeliling dan hari semakin gelap, akhirnya kami putuskan untuk
menyudahi wisata budaya ke kampung naga ini. Kesimpulannya “Kampung Naga "Mengagumkan”. Waktunya melanjutkan perjalanan.....next destination (ala-ala busway) Kota Tasik. Cusss ngenggg. ******
No comments:
Post a Comment